Rabu, 15 Maret 2023 pada pukul 09.00, SMK Negeri 2 Gedangsari mengadakan Training Motivasi Bagi Guru & Karyawan di Aula Unit 2 SMKN 2 Gedangsari dengan pembicara Bapak Noor Fitrihana,S.T.,M.Eng dari PT Komara & Ibu Yulia Fitri, S.E dari Indonesia Fashion Chamber Chapter Yogyakarta.
Acara dipandu oleh Ibu Yuni Sriwahyuni. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dilanjutkan dengan berdoa sesuai keyakinan masing-masing dipandu oleh bapak Abdullah Sugeng Triyuwono,S.Pd. dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak kepala SMKN 2 Gedangsari yang menyampaikan bahwa Kegiatan ini ditujukan untuk kita semua, guru dan karyawan SMKN 2 Gedangsari. Mari kita bersama-sama terus saling belajar dan membuka wawasan atau paradigma baru Pendidikan di SMK masa mendatang dan Kewirausahaan.
Acara inti dalah kegiatan ini yaitu pemaparan dari narasumber Pemaparan dari Bapak Noor Fitrihana,S.T.,M.Eng dan Pemaparan dari Ibu Yulia Fitri, S.E sebagai berikut :
- a) Pemaparan dari Bapak Noor Fitrihana,S.T.,M.Eng
SMKN 2 Gedangsari ini adalah binaan YPA MDR. Bangga bila SMK kita bisa masuk SMK PK. UNY juga diminta mendampingi SMK binaan YPA MDR. Mari bahu membahu mewujudkan cita-cita yang sudah diarahkan oleh Bapak Kepala Sekolah. Sekolah sudah mengajukan SMK PK untuk jurusan Tata Busana, maka pengajar dan alat pun harus di update. Produk-produk karya siswa yang dihasilkan juga harusnya bisa diakui oleh masyarakat. SMK yang berinovasi mengarah BLUD untuk mengembangkan kewirausahaan di sekolah. Dibutuhkan komitmen bersama. Bapak Ibu sudah menyiapkan diri untuk lebih mengenal mitra industri kita. Punyusunan kurikulum harusnya dilakukan secara bersama dengan mitra industri pasangannya dengan memahami konsep link and match. Setelah itu sinkronisasi juga dilakukan di aktivitas bersama. Di kurikulum merdeka, pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang diterapkan di masyarakat.
- b) Pemaparan dari Ibu Yulia Fitri, S.E
Ibu Yulia Fitri, S.E atau yang dikenal dengan Mbak uli memaparkan terkait mindset kewirausahaan. PKL bisa jadi contoh. Industri menginginkan siswa PKL punya target. Mindset yang ada di industri dapat dikembangkan. Di industri ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh siswa PKL. Sekolah sebaiknya juga membuat aturan/Batasan. Misalnya wali murid boleh protes atau complain tapi dengan Batasan-batasan. Tefa punya system. Suatu order punya target dan bila harus lembur maka siap lembur. Ciptakan aturan, agar siswa tidak mudah mengeluh. Sertifikasi siswa juga hal penting. Memastikan siswa memang kompeten. Tefa sudah memproduksi/menghasilkan produk maka harus targetnya. Buat apa, berapa banyak, terjual berapa. Data di update terus. Bangun ekosistem yang dapat mendukung usaha kita. Magang kewirausahaan juga penting agar dapat melihat adanya perbedaan antara yang diajarkan di sekolah dengan kenyataan yang ada di industri.
Digitalisasi, saat itu jelas berperan besar. Cek website, you tube, Instagram, dan medsos lain. Guru dan karyawan adalah manekin berjalan. Jadi marketing tetap bisa berjalan. Harga bukan kemahalan tapi kita sampaikan dengan istilah available. Barang yang available berarti produk murahan. Produk yang dibuat disesuaikan dengan target pasarnya. Produk mass ataukah yang premium. Produk mass minimal 500 pieces. Terkait batik, pewarnaan harus punya rumus agar hasil pewarnaannya sama. Apabila ada yang menganggap kemahalan maka cukup kita jelaskan dengan edukasi.
Dalam sesi ini ada beberapa pertanyaan dari Guru SMKN 2 Gedangsari diantaranya adalah dari Ibu Jayaul Khoiriyah : “Bagaimana cara menumbuhkan jiwa wirausaha? Kami merasa saat ini stagnan. RPP bisa diselesaikan namun untuk urusan produksi masih molor”.
Dijawab oleh Ibu Yulia Fitri, S.E “Produk-produk saya adalah outer. Saran saya cari pasar dulu. Sekolah juga sebaiknya melakukan rebranding Roges Style. Bisa dari logo nya saja. Penyebutan yang agak sulit salah satu pertimbangannya. Toh logo juga belum HAKI. Mulai sekarang focus inovasinya. Buat produk dengan warna dan keuanggulannya. Pembelajaran Tefa apakah sekolah sudah siap. Siapa pun yang jaga, siswanya bisa. Konsistensi dalam layanan. Terus terang, saya belum berani melepas sepenuhnya jahitan ke siswa PKL. Saya sarankan ke depan siswa PKL kelas XII yang sudah lebih memadai skill jahitnya. Saya juga heran, siswa sekarang ini cenderung diam, tidak ada rasa ingin tahu, banyak ngobrol, banyak main, namun sayang skill jahitnya belum sesuai. Mari kita mendorong agar siswa mau berkembang. Personality dari segi terampil dan juga kuat mentalnya. Pembekalan attitude sangatlah penting.